KBRN, Pekanbaru : Simposium dampak perubahan iklim pada kesehatan ibu dan anak dalam rangakaian Kongres Nasional (Konas) ke 15 dan Forum Ilmiah Tahunan ke 8 Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) tahun 2022 di Hotel Labersa, Pekanbaru, Riau, Jumat (25/11/2022), berlangsung menarik. Pemateri dan peserta terlibat diskusi secara aktif.
Ede Surya Darmawan selaku Ketua IAKMI usai menjadi pembicara dengan topik Dampak Perubahan Iklim Pada Kesehatan Ibu dan Anak dan Peran IAKMI menjelaskan perubahan merubah iklim yang menjadi tidak ramah bagi ibu dan anak, membutuhkan kebijakan makro dan mikro.
“Karena bicara soal ibu dan anak itu berbicara tentang generasi masa depan bangsa agar tumbuh yang lebih baik,” jelasnya.
Dikatakan, maka perobahan iklim harus disiasti agar bangsa Indonesia mendapat generasi yang lebih baik dengan prinsip berubahnya lingkungan, maka manusia juga lebih kuat dan lebih baik.
Sementara itu, Heru Kasidi selaku aktivis Pita Putih Indonesia yang juga nara sumber dengan topik Proses yang Dialami Masyarakat Pada Perubahan Iklim dan Dampaknya menjelaskan pihaknya secara khusus mengangkat topik tersebut agar semua pihak memberikan perlindungan terhadap kesehatan ibu dan anak.
“Kami selama ini diberbagai forum selalu menyampaikan pentingnya secara bersama-sama untuk berkontribusi dalam perubahan iklim sehingga dampaknya bagi kesehatan ibu dan anak bisa dikendalikan,” ungkapnya.
Simposium berlangsung menarik dengan banyaknya pertanyaan yang disampaikan peserta yang merupakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi kesehatan di Provinsi Riau, secara aktif pemateri atau pembicara maupun peserta terlibat diskusi dalam rangka meminimalisir dampak perubahan iklim terhadap kesehatan ibu dan anak.
Di awal simposium, Sekretaris Jenderal Pita Putih Indonesia, Wincky Lestari menyampaikan pihaknya secara konsen memiliki tujuan dan gekaran untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mampu menjalani hidup yang sehat dan melek kesehatan mandiri.
“Pita Putih Indonesia dibentuk untuk mendukung upaya mengatasi kesenjangan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Kami memfokuskan upaya pada percepatan penurunan angka kematian ibu dan keselamatan ibu hamil, melahirkan, bayi baru lahir dan anak,” rincinya.
Menurut Wincky Lestasi, sebagai lembaga masyarakat yang tidak mengenal status quo dan pasif, namun selaku bergerak positif, inovatif, kretaif dengan tetap tidak bernuansa politis di dalam melaksanakan misinya serta berpegang pada keselasaran nilai – nilai kehidupan, situasi sosial ekonomi dalam masyarakat yang mana sasaran pada saat ini, peduli pada pencapaian target SDGs 2030, khususnya penurunan Angka Kematian Ibu.
“Tujuan dan gerakannya adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan semua anggota masyarakat agar mampu menjalani kehidupan yang sehat dan melek kesehatan mandiri. Gerakannya meningkatkan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak serta remaja, mempromosikan kesetaraan gender dalam hal meningkatkan hak perlindungan dan hak perempuan degnan memberdayakan perempuan di semua tingkatan komunitas sub nasional, nasional, regional dan global yang berdasarkan prinsip hak asasi manusia, fokus pada komunitas rentan dan miskin serta terdiskriminasi,” rincinya.
Nara sumber lainnya yang dihadirkan adalah M. Baharuddin selaku wakil ketua Perkumpulan Budi Kemuliaan dengan topik Transformasi sistem kesehatan, Tata Kelola dan Aplikasi Adaptasi Perubahan Iklim pada Smart City serta Sukri Delan dengan topik Tanggapan atas masalah Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Ibu dan Anak. (TS)